Rabu, 25 November 2009

Nobody Perfect

Tempo hari aku dan beberapa teman makan di sebuah restoran. Siang itu kami merayakan ulang tahun salah seorang teman, setelah semalam kami berhasil ngerjain dia sampai menangis. Untung saja dia tetap berbaik hati mentraktir kami:) Sambil menunggu pesanan yang (katanya) jadi dalam waktu 15 menit, kami ngobrol banyak hal dari yang serius hingga guyonan konyol yang tidak penting.
Sampai suatu saat perbincangan kami terhenti oleh sesosok wanita (yang terlihat tidak biasa) lewat di depan meja kami. Apakah karena parasnya lebih cantik dari kami? Tentu tidak:) Kami terpukau hanya karena cara berjalan wanita itu yang melenggak lenggok bak peragawati sedang beraksi di atas catwalk. Kami berpendapat gaya berjalan seperti itu sangat tidak pas dipraktikkan di sebuah tempat umum bernama : restoran! Kontan saja pemandangan itu membuahkan obrolan panjang di antara kami. Seketika kami menjadi komentator sejati. Ya ampuun..! Padahal kami tidak pernah mengenalnya! Tapi ternyata kami membicarakannya seperti membahas sebuah topik politik paling hangat. Ada saja kekurangan yang kami dapati dari tokoh utama kami ini. Salah seorang teman nyeletuk : "Lebay deh..! Kayak fashion show aja."
Tapi lama-lama koq aku jadi merasa bersalah sendiri ya dengan kekonyolan ini? Di benakku terlintas gambaran Tuhan menggeleng-gelengkan kepala keheranan melihat tingkah kami yang terkesan bagai wanita paling sempurna (di tempat itu). Terbesit teguran halus tapi sangat mengena : "Bukankah setiap orang memiliki keunikannya sendiri? Dan bukankah cara berjalan wanita itu tidak sampai membuatmu merugi? Sepanjang tindakan seseorang tidak menimbulkan kerugian umum, bukankah ia bebas melakukan sesuatu dengan caranya sendiri?"
Terkadang kita terlalu cepat menilai orang lain menurut standar kita sendiri. Mungkin lebih bijak jika kita menempatkan orang lain sebagai pribadi yang unik dengan segala kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tentunya tanpa harus menggunjingkan perbedaan ataupun kekurangannya.